25 Juli 2015

FF Sad Seventeen



Cast:
Kimmy Jung
Jo In Sung
Lee Jong Suk

saat kau berumur 17 tahun, apa saja yang kau lakukan? kata orang, tahun itu adalah tahun bersejarah bagi kalian. tapi apakah itu terjadi padaku juga?

aku seorang gadis yang hampir menginjak usia 17 tahun, itu terhitung kurang seminggu lagi!


'kim! apa yang kau lakukan' suara datar dan berat Jo In Sung menyadarkan kimmy yang sedang berkhayal sambil memeluk gulingnya di kamar. 'aaahhhh.. appa!' kimmy berteriak marah karena merasa mimpi indahnya direbut. 'cepat turun dan makan' perintahnya lagi. 

Jo In Sung adalah orang tua tunggal bagi kimmy. dia adalah seorang ayah yang sigap dan penyayang seperti sosok ibu kebanyakan. meski dia bekerja sebagai detektif di kepolisian, itu tidak menyita perhatian yang diberikannya. karena ada sosok lain yang membantu. 

Yup! dia adalah Lee Jong Suk, dengan badan tinggi menjulang dan sedikit bibir tebalnya yang mempesona. itu tadi bukan pendapat kimmy, melainkan kata teman sekelasnya sebetulnya kimmy tidak seperhatian itu dengan penampilan jong suk. karena entah mengapa jika dia melihat wajah jongsuk oppa terlalu lama, maka membuat dadanya sesak tiba-tiba. ini pasti tidak normal. 

bagi kimmy appa Jo In Sung dan Jong Suk oppa adalah keluarga yang sangat berarti baginya. 'kim, apa yang kau lihat? cepat makan ini' ucap jongsuk yang terbiasa hanya memakai kaos putih tanpa lengan bila makan itu sambil menyodorkan sepotong ikan di mulut kimmy tanpa ijin. 

'kim, karena ulang tahunmu semakin dekat. apa kau sudah memikirkan hadiah apa yang kau minta?' tanya appanya minta pendapat. 'tentu saja! aku ingin bermain ke pantai!' seru kimmy. 'tidak-tidak! kau tak bisa meminta yang satu itu' larang appanya. 'appaa? tadi kau bertanya apa yang aku inginkan. tapi mengapa keinginan itu tak bisa kau kabulkan?' keluh kimmy sambil melirik kakaknya mohon bantuan. 'appa, kimmy sekarang sudah 17 tahun. biarkan dia pergi sesuka hatinya' 'tak boleh pergi bukan karena usia kimmy yang makin besar' 'lalu karena apa?' 

pertanyaan itu membuat bayang-bayang tentang masa lalu terlihat jelas oleh Jo In Sung. kala itu, dia masih menjadi asisten detektif yang sedang diberi tugas terhadap serangan pembantaian di sebuah kawasan elit dekat pantai oleh orang-orang suruhan yang nampak besar dan menyeramkan.

13 tahun yang lalu....
nampak sosok anak perempuan kecil yang bermain di teras sebuah villa. nampak di hadapannya hamparan pasir dan bersentuhan langsung dengan laut. saat air laut sedang pasang , tiba-tiba ada sebuah serangan terhadap orang tuanya yang berada di ruang duduk. anak kecil yang berada di teras tadi langsung terlompat kaget dan jatuh ke pasir. padahal teras itu hampir setinggi lutut orang dewasa. apalagi mendengar suara tembakan, membuat anak kecil itu segera bersembunyi di bawah teras tanpa ada yang menyuruh. mereka menyeret sepasang suami istri muda yang hampir sekarat itu hingga ke bibir pantai. mereka lagi-lagi menembakkan beberapa pistol besarnya. dan gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa yang sedang disiksa itu adalah orang tuanya sendiri. saking kagetnya gadis itu pingsan dan ditemukan oleh Jo In Sung sewaktu pemeriksaan. dan setelah sadar pun, gadis itu tidak mengingat apa-apa. bahkan dia tidak mengingat namanya sendiri.

'kau tak akan mendapatkan pantai apapun!' teriak jo in sung sambil menggebrak meja. kimmy terlihat kaget dan kecewa, dia berlari ke kamarnya dan menangis. jongsuk tanpa disuru sudah langsung menghampiri kamar kimmy. dia selalu bertugas sebagai penengah di antara mereka. karena kimmy meminta pantai bukan sejak usia 17 tahun saja. namun sejak sekolah dasar saat ada rekreasi bersama ke pantai. tapi kimmy gak diijinkan ikut, malah mengurungnya di kamar.

'kim, sudahlah kenapa kau malah seperti ini?' 
'apa? apa oppa tak ingat bagaimana selalu appa marah-marah perihal pantai?' 
'itu karena appa sayang padamu' 
'sayang hingga apa yang diminta anaknya tak dikabulkan!' 
'hey sstttstttt..dengarkan aku' bujuk jongsuk yang berhasil menghentikan suara kimmy, meski beberapa tetes matanya masih meluncur. 
'sebagai gantinya aku ingin mengajakmu ke tempat yang baru bisa didatangi oleh usia 17 tahun'
'kau benar akan mengajakku?'
'tentu saja, tapi ada syaratnya'
'apa itu?'
'kau tak boleh menjadi gadis cengeng, karena orang-orang yang cengeng dilarang masuk'
kata jongsuk mampu menghentikan tangisan kimmy, dan dengan secepat kilat dia mengahapus air matanya dengan lengan bajunya sendiri.
'nah, karena ulang tahunmu tinggal seminggu lagi. mungkin aku akan mengajakmu akhir minggu ini. bagaimana?'
'kau janji?' tanya kimmy dengan menyodorkan kelingkingnya.
dengan gerakan yang sudah mereka hafal, setelah kelingking yang bertaut 'janji' lalu mempertemukan jempol mereka berdua 'stempel'. kemudian mengusap telapak mereka 'fotocopy' lalu ditempelkan ke dahi mereka sambil berseru 'sah' secara bersamaan. dan mereka berdua berakhir dengan tertawa bersama.

menurut jongsuk, membuat kimmy berhenti menangis adalah sesuatu yang sangat mudah. tapi itu dulu, dulu saat mereka masih di usia sekolah dasar dan menengah pertama. tapi saat ini kimmy sudah 17 tahun! saat dia sudah hampir lulus sekolah dan saat dia sudah tahu segala hal di dunia ini, itu membuat tawaran-tawaran jongsuk harus lebih tinggi agar kimmy bisa berhenti menangis. yeah! kali ini jongsuk akan membawanya ke suatu tempat yang entah kenapa menurutnya sangat berbahaya, namun bagi anak 17 tahunan itu adalah tempat yang diidam-idamkan. Club.

***

'tapi jangan bilang-bilang appa'
suara jongsuk oppa masih terngiang-ngiang saat kemarin dia membujuk kimmy untuk berhenti menangis. memang tempat seperti apa yang akan mereka datangi? pikir kimmy tak ambil pusing. karena menurutnya pergi kemanapun asalkan bersama appa dan oppa itu menyenangkan.

'hay..' sapaan seseorang mengagetkan kimmy. tunggu! bukankah itu KangJoon? cowok terfavorit dan di gandrungi oleh banyak murid perempuan? bagaimana dia bisa menyapaku?
'hay kang' balas kimmy malu
'aku dengar kau akan berulang tahun sebentar lagi?'
'bagaimana kau tahu?'
'helloo... kau adalah Kimmy Jung, anak dari seorang detektif terkenal di kota ini. bagaimana mungkin aku melupakannya?'
kimmy tak bisa membalas apa-apa dan hanya melongo. karena dia tidak menyadari betapa kangjoon sangat mengenalnya. 'apa kau akan merayakan pesta?'
'mm... tidak, appaku tak suka ada keramaian di rumah' ucap kimmy lesu.
'yah.. padahal aku ingin ikut'
'bagaimana kalau kau ikut bersamaku?
'aku akan diajak oppaku ke tempat khusus anak di atas 17 tahun' bisik kimmy, takut orang lain mengetahui
'benarkah? itu pasti semacam pub atau club' ujar kangjoon santai, seperti dia biasa bermain di sana. mata kimmy melotot kaget. 'benarkah?'
'yah, kau tahu club mana yang akan kau datangi'
'mm... aku tak tahu perihal itu'
'baiklah, kabari aku nama clubnya. aku akan datang' janji kangjoon yang langsung membuatnya tersenyum lebar.
ini pasti akan menyenangkan batin kimmy senang.

***

'oppaaaa..' teriak kimmy saat sampai di rumah dan mendapati jongsuk pulang kuliah juga. dia masih berada di teras. 'apa kau benar akan mengajakku ke club?' tanya kimmy lagi, tapi kali ini dengan suara teriakan yang sama kencangnya. 

'ssttttt...' bisik jongsuk sambil membekap mulut kimmy dengan tangannya. wajahnya sengaja di dekatkan kepada kimmy sambil berbisik 'jangan berisik, appa di dalam' suara jongsuk serasa menyenangkan di telinga kimmy. apalagi dengan penampakan bibirnya yang benar-benar tebal di depan mata kimmy membuatnya susah menelan air liurnya sendiri.

'kau janji tak akan membocorkannya?' bisik jongsuk lagi, kali ini kimmy tak berdaya bersuara. dia hanya membalas dengan anggukan kepala saja.

'apa yang kalian lakukan?' tanya appa sambil menyembulkan kepala ke jendela ruang duduk. dengan cepat song juk memindah tangannya dan beralih mengapit leher kimmy. 
'mengapa kalian berdiri di depan pintu? cepat masuk, udara sangat dingin' ucap appa lagi karena tidak mendapat respon dari dua anaknya. 

appa seorang kepala detektif di kota ini dengan wajah dingin serta suaranya kejamnya mampu menakuti para penjahat. tapi bagi kami, appa malah mampu menyebarkan kehangatan berkat perhatiannya. seperti kali ini dia mengkhawatirkan kami yang kedinginan di luar. 

***

'appa, apa kau mengenal seo kangjoon?' 
tanya kimmy saat sedang menyiapkan makan malam bersama appanya di dapur. tiba-tiba dengan cepat kepala appa menoleh menghadap ke kimmy dengan disertai matanya yang melotot hampir keluar. 'bagaimana kau bisa mengenalnya?' tanyanya selidik.
'dia satu sekolah denganku' aku kimmy dan mendapati mata appanya makin tajam saja memancar.
'tenang saja, kita berbeda kelas appa'
'apa dia menganggumu?'
'tidak, dia anak yang populer di sekolah'
'apa kau menyukainya?' selidik appa lagi, tapi kali ini lebih santai dan dia mendengarkan sambil melanjutkan pekerjaannya. padahal kalau kita perhatikan wajah kimmy sudah merah karena gugup.
'tentu, semua anak perempuan di sekolah menyukainya' kimmy mengaku tanpa perlu menjawab pertanyaan appanya tadi.
'cepat selesaikan memasaknya, aku tak ingin kalian terlambat makan malam' ucap appa akhirnya sambil mengacak rambut kimmy dan beralih menata meja makan.

***

setelah rumah sepi dan semua bersiap-siap untuk pergi tidur, terlihat kimmy berjinjit-jinjit memasuki kamar kakaknya. tanpa mengetuk, kimmy langsung membuka pintu dan mendapati jongsuk sedang gosok gigi di kamar mandi dengan pintu terbuka lebar. dari tempat kimmy berdiri hanya terlihat setengah bagian badan jongsuk saja. 

'ada apa kau kemari?' tanya oppanya yang hanya memakai kaos tanpa lengan dan tipis. apa dia tak kedinginan di musim ini, kimmy hanya bertanya dalam hati.
'aku hanya ingin tanya apa nama club yang akan kita datangi?'
'club butterfly, itu satu-satunya yang terjangkau oleh dompet kita'
'apakah temanku boleh ikut?'
'teman yang mana? aku tak pernah melihat kau dengan siapapun' tanya jongsuk dengan wajah curiga. 
'hhhmmm... itu karena appa terlalu galak pada temanku' keluh kimmy sambil mendudukkan dirinya di tepi ranjang. 'sudahlah, appa begitu karena beliau sayang padamu' 

terdengar jongsuk selesai dari kamar mandi dan mendekati kasurnya. 'jangan duduk di kasurku, itu telah kurapikan tadi, pergi dari kasurku' ucap oppanya sambil menarik tangan kimmy hingga berdiri. lalu mendudukkannya di lantai berkarpet. 

ingatan tentang sesuatu muncul di kepala kimmy, seperti seorang anak kecil menariknya dan menyuruhnya pergi sembunyi. 'oppa, apa kau selalu bersikap seperti ini?' 'apa maksudmu?seperti masuk kamarku sebelum tidur?' 'bukan, aku ingat seperti kau pernah menarikku dengan keras' 

'aaahhhh.. kau pasti banyak memimpikan aku' ucap jongsuk sambil mengibaskan tangannya ke udara di depan mukanya sendiri. 'tidak, itu seperti nyata. kau menyuruhku bersembunyi' ucap kimmy lagi sambil memejamkan matanya mengingat-ingat.
'kau lupa? kita selalu bermain petak umpet sewaktu kecil'
'aaahhh... iya aku ingat. tentu saja, kita banyak bermain bersama'
'karena hanya aku satu-satunya teman bermainmu sejak dulu'
'baiklah, aku akan kembali ke kamarku'
'tidurlah, pokoknya jangan ajak temanmu bersama kita'
'aahhh... kok oppa jadi sama jahatnya dengan appa?' protes kimmy di depan pintu.
'itu karena aku takut ketahuan oleh appa'
'oppa, kalaupun nanti appa menemukan kita di sana. aku bisa sembunyi di toilet perempuan. kau akan aman sendiri'
'bagaimana bisa? aku pun masih dilarang pergi ke club oleh appa'

***

percakapan malam itu terputus dengan sendirinya. setelah pengakuan oppa jongsuk yang menilai sikap appa berlebihan. 'apa aku perlu protes sekarang? tidak-tidak, tunggu aku berumur 17' tekat kimmy dalam hati.

kali ini dia sedang bersiap-siap ke sekolah. menata rambutnya yang panjang di depan cermin adalah waktu terlama yang dibutuhkan, padahal appanya sudah menunggu di meja makan. dia tengah menata rambutnya, dia melamun dan memikirkan mimpinya semalam. mimpi indah, seperti mendengar suara ombak dan menginjak pasir. bagaimana ini bisa terjadi? pikir kimmy tak masuk akal, karena selama ini appanya melarang keras pergi ke pantai manapun. 

'pagi appa' sapa kimmy sambil mencium kedua pipi joinsung.
'apa tidurmu nyenyak?'
'tentu, aku bahkan bermimpi indah mendengar deburan ombak'
suara kimmy membuat appanya mematung dan berhenti mengunyah. 'lalu kau bermimpi apa lagi?' tanya appa tak sabar. 'mmm,,, enak. aku bermimpi menginjak pasir dan berlari di atasnya. menyenangkan sekali. andai saja kita bisa berlibur'
melihat appanya yang masih tegang, kimmy menyahut 'tenang saja appa, aku hanya bermimpi. tidak benar-benar kesana' ujarnya agar menenangkan amarah appanya yang siap meledak.
'kau terlalu menginginkannya, hingga masuk ke mimpi kim' jongsuk menimpali sambil menghampiri meja makan dan mengacak rambut kimmy. ternyata dari tadi jongsuk di dapur, dia selalu membuat kopi kesukaannya. 'aahhh.. oppa! kau buat rambutku berantakan' omel kimmy. dan itu mampu mengubah tema pembicaraan ke hal lain yang selalu bisa diributkan oleh mereka berdua.

***

saat di sekolah...
kimmy lagi-lagi berpapasan dengan kangjoon. entah siapa salah satu dari mereka yang saling mengikuti.  'kim, kau sudah tahu nama club yang akan kau datangi akhir pekan ini?'
kimmy nampak membuka mulutnya akan menjawab, tapi terhalang oleh pesan oppanya untuk tidak mengajak siapa-siapa.
'belum, oppaku tak mengatakan apa-apa'
'mungkin dia ingin memberimu kejutan'
'tentu'
'aku juga ingin seperti appamu' balas kangjoon dengan suara yang berubah lirih
'apa?' tanya kimmy tak mendengar ucapan kangjoon yang terakhir.
'sudah lupakan, kembalilah ke kelas. sebentar lagi bel masuk akan berbunyi' kangjoon mengingatkan.
mereka lalu berpisah dan masuk ke dalam kelas masing-masing.

***

'kim...' kimmy menoleh, dan terlihat pemandangan pantai yang asri nan indah terpampang di depan wajahnya. 'kimmy... ayo kejar appa' teriak lelaki berusia awal 30an. dia nampak memakai kaos santai dan celana selutut siap untuk berlari dan menyuruh kimmy mengejarnya. 'kim..' panggil suara wanita cantik di sebelahnya. kimmy hanya terdiam mematung tak percaya apa yang dilihatnya. sebuah pantai nan indah yang selama ini diidam-idamkan, tapi siapa mereka berdua? apa mereka mengenalku? 'kimmm... kimmmm.... !!!' teriakan dengan kejam dari seseorang kali ini dengan suara yang berbeda.
'cepat bangun dan kerjakan soal di papan!' teriaknya lagi, dan kali ini membuat kepala kimmy terangkat dan sadar dari mimpinya.

'apa kau pikir ini adalah kamar tidurmu? cepat kerjakan!' perintah seorang guru yang ternyata sudah ada di dekat mejanya. kimmy hanya bisa menyeret tubuhnya untuk menuju papan tulis, padahal pikirannya tertuju pada mimpi indah yang barusan dia alami.

'jawabannya tidak seperti itu, bagaimana kau belajar selama ini?' omel gurunya yang hanya dianggap angin lalu oleh kimmy. 'kembali ke bangkumu' perintah gurunya gak sabar. saat kimmy membalikkan badannya, terlihat matanya sudah penuh air mata dan pipinya basah tanpa sadar.

semua anak di kelas jadi berbisik-bisik ramai. guru yang saat itu langsung salah tingkah dan menyuruhnya istirahat di uks bila tidak enak badan. kimmy dengan tatapan kosong baru sadar saat dia duduk di kasur uks sambil memegang pipinya dan merasa ada air asin, air matanya sendiri.

'apa kau baik-baik saja?' tanya seseorang yang baru datang, kangjoon.
'yah, aku tak apa'
'aku dengar tadi kau menangis tiba-tiba saat kelas matematika. apa dia menghukummu?'
'tidak, aku sendiri juga tak sadar sudah mengeluarkan air mata ini' aku kimmy sambil memegang pipinya lagi, seperti tak percaya. tapi tangannya beralih ke dadanya 'tapi sakitnya ada di sini'
'tunggu di sini, biar aku telpon appamu' ucap kangjoon hendak mengambil hp di sakunya.
'jangan, aku tak ingin appaku sedih' larang kimmy sambil memegang lengan kangjoon.
merasa gugup, kangjoon beralih niat 'baiklah, apa aku boleh menelpon yg lain? oppamu?'
kimmy melepas pegangannya di lengan kangjoon tanda menyetujui.

***
sesampainya di rumah.....
'cepatlah tidur, aku tak ingin appa tahu kau sakit. dia pasti akan sangat khawatir' ujar jongsuk sambil merapikan selimut kimmy hingga tertutup ke leher.
'aku akan jaga pintu dan memeriksa, takut appa datang' ujar jongsuk sambil akan bangkit dari tepi ranjang, tapi kimmy menghalanginya.
'oppa, aku bermimpi di pasir lagi' aku kimmy, kali ini tatapan matanya tidak kosong lagi.
tatapan sungjok jadi menegang sesaat, lalu bertanya dengan santai 'apa yang kau impikan?'
'aku dipanggil seseorang, bukan! tetapi dua orang dan mereka mengajakku untuk berlari mengejar mereka' 'apa kau yakin dengan ingatanmu?' 'sangat yakin, ini seperti nyata diingatanku. tapi entah kenapa itu membuatku sakit' aku kimmy lagi sambil memegang dadanya di balik selimut dan beberapa tetesan keluar begitu saja dari ujung matanya.
'sudah lah, itu hanya mimpi' jungsok menasehati sambil menggenggam tangan kimmy di balik selimut itu. 'aku harap kau tak ambil pusing atas mimpi2 anehmu itu dan istirahatlah'

***

malam makin larut, dan suhu badan kimmy makin naik. keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. joinsung sebagai appa dengan sigap membawanya ke rumah sakit.
'sepertinya ingatan kimmy telah kembali beberapa bagian' ujar dokter psikis yg sudah paruh baya. dokter itu sudak memeriksa kimmy dari kimmy, sejak peristiwa itu.
'kusarankan, kau memberitahunya lebih cepat. sebelum dia menemukannya sendiri' saran dokter.

bagaimana jo in sung bisa memberitahu peristiwa naas itu? dia tak mau kimmy menderita karena masa lalu. menurutnya, bahagia bersamanya saat ini adalah hal yang utama demi melihat senyum kimmy sepanjang hari.

jo in sung memasuki ruang perawatan kimmy yang gelap. mendekati kursi terdekat dan duduk dengan pelan tanpa menimbulkan suara. menggenggam tangan kimmy dan memeluk lengan panasnya, berusaha meredam demam anaknya.

dengan pandangan agak buram, kimmy melihat pemandangan di sekitarnya. lagi-lagi sebuah pantai dengan siluet senja yang siap menelan matahari. 'kim, cepat bersihkan dirimu. jangan  bermain saja' suara seorang wanita yang terdengar jelas di belakangnya. kimmy membalikkan badannya dan menemukan pemandangan rumah yang mewah. yah, dia sekarang berada di teras seperti balkon tanpa ada pembatas tepi dengan tinggi selutut dan hanya ada sekat pintu berkaca dengan ukuran yang sangat besar. 'kim, apa yang kau tunggu?' ujar seorang lelaki yang membaca koran santai di ruang duduk yang letaknya beberapa meter dari pintu kaca itu.

lalu sekejap mata terlihat beberpa orang memaksa masuk dan menggedor-gedor dengan keras. saking kagetnya kimmy terjatuh ke belakang teras, dan langsung bersentuhan dengan pasir pantai. kimmy berusaha bangkit dan melihat apa yang terjadi di rumahnya. pemandangan yang amat kasar nampak di depan matanya. tapi sebelum dia mampu mencerna apa yang terjadi, seseorang menarik tangannya dan memanggil namanya.

'kim!! kimmy!! bangunlah, kau baik-baik saja'
saat kimmy membuka matanya, dia menemukan joinsung berada di dekatnya. saking ketakutannya langsung memeluk appanya dengan erat

***

keesokan harinya, saat keadaan kimmy agak membaik tepat di hari ulang tahun kimmy. joinsung mengajak kimmy dan jongsuk ke suatu tempat tanpa berbicara pada mereka kemana arah tujuannya. tapi ujung-ujungnya tahu karena mencium bau pantai yang amat mereka rindukan.
'bagaimana bisa kau mengenali bau pantai dengan jelas?' ejek kimmy
'aku mengingatnya dengan jelas, seperti dirimu' balas jongsuk yang tak menjadi pertengkaran berlanjut. karena mereka kembali larut pada pikirannya masing-masing.

yah, entah mengapa bau ini amat sangat dikenali oleh kimmy, padahal dia tak merasa sering ke pantai. 'apa kau senang?' tanya joinsung sambil melirik kimmy dari spion tengahnya. 'yah, tentu'

perjalanan mereka berhenti tepat di sebuah rumah berbangunan putih dan megah.
'inilah saatnya kau mengetahuinya' bisik joinsung pasrah

dan benar saja, hari itu hari tersedih yang pernah ia miliki. semua perihal joinsung ceritakan dengan detail. bahkan joinsung memberi catatan hasil penyelidikan kasus yang melibatkan orang tua kimmy. setelah kondisinya dirasa mampu, mereka melayat ke pemakaman orang tua kimmy. dia tetap berkeinginan untuk tinggal lebih lama di rumah peninggalan orang tuanya itu.

karena joinsung masih ada tugas di kantornya, maka dia menyuruh jongsuk untuk menemani kimmy.

malamnya...
kimmy berdiri di tepi teras, tepat di titik saat detik-detik peristiwa itu akan terjadi 13 tahun silam. lalu tiba-tiba sebuah tangan putih menarik lengannya untuk bersembunyi di bawah teras itu. saking kagetnya kimmy terbentur ke bagian bawah teras yang  sekarang sudah di atas kepalanya.
'sepertinya tempat ini makin mengecil' ucap seseorang bertangan putih dannn.. berbibir tebal.
'kau!' teriak kimmy

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar